Tak hanya hijau, setiap menara (tower) yang akan dibangun pun dikonsep hemat energi, ramah lingkungan, dan dirancang bisa menyediakan sumber air sendiri. Aspek HSE benar-benar diutamakan. Dari sembilan tower yang akan dibangun, baru berdiri dua tower; Cibis Nine dan Cibis Eight.
JAKARTA, Indosafety.id – Pemanasan global (global warming) yang terjadi di bumi dalam tiga dekade belakangan ini, telah melahirkan gerakan-gerakan penyelamatan lingkungan (environmental safety) di seluruh dunia. Masyarakat global kini menjadi lebih peduli terhadap lingkungan setelah merasakan bagaimana dampak dari adanya pemanasan global.
Kesadaran akan pentingnya udara bersih, air bersih, tempat tinggal dan tempat kerja yang nyaman dan menyehatkan, cenderung menunjukkan tren peningkatan di masyarakat. Kampanye-kampanye yang menyuarakan penyelamatan lingkungan (environmental safety) belakangan semakin gencar dan massif dilakukan.
Safe air to breath, safe water to drink, safe food to eat, safe place to live, safe product to used, safe working place, menjadi enam agenda pokok yang diperjuangkan dalam gerakan-gerakan penyelamatan lingkungan di seluruh dunia.
Baca juga: Konstruksi Hijau Untuk Bangunan Hijau
Berbagai pihak turut terlibat dan bahu-membahu dalam upaya-upayanya menyelamatkan lingkungan, terutama dari kalangan industri yang dituding sebagai biang kerok terjadinya kerusakan lingkungan dan rusaknya lapisan ozon sebagai penyebab terjadinya pemanasan global.
Produsen penyejuk ruangan (AC) dan lemari es (kulkas) misalnya, kini tak lagi menggunakan freon sebagai pendingin. Sebab freon, yang merupakan zat kimia chlorofluorocarbon (CFC) berbentuk gas, terbukti menjadi salah satu perusak lapisan ozon di angkasa. Sebagai gantinya, mereka beralih ke bahan lain yang ramah lingkungan.
Industri migas kini tengah mencari sumber energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai pengganti bahan bakar minyak yang selama ini menggunakan bahan fosil. Begitu pula dengan industri-industri lainnya.
Ramah lingkungan menjadi fokus perhatian masyarakat global dan produk ramah lingkungan kini telah menjadi bagian dari keseharian manusia.
Para pelaku industri properti melakukannya dengan caranya tersendiri, yaitu memroduksi bangunan atau gedung yang ramah lingkungan dan dikenal dengan istilah Green Building (Bangunan Hijau).
Baca juga: Selamatkan Bumi dengan Tak Menyisakan Makanan di Piring
Green building lebih mengacu pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut. Mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntukan (fungsional). Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Green building dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan, baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan. Diwujudkan dalam bentuk hemat energi, efisiensi air (run off water), manajemen sampah, penggunaan material bangunan, dan sebagainya.
Green Building menjadi konsep yang diusung PT Bhumayamca Sekawan yang kini tengah mengembangkan kawasan bisnis dan hunian di Jl TB Simatupang, Cilandak, Jakarta Selatan: Cibis Business Park. Di area seluas 12 hektar nantinya akan dibangun sembilan tower.
“Saat ini baru ada dua tower yatu Cibis Nine dan Cibis Eight. Cibis Nine merupakan bangunan baru yang selesai dibangun tahun 2017 lalu, sedangkan Cibis Eight merupakan bangunan lama yang kami renovasi,” kata Achmad Umar, Presiden Direktur PT Bhumayamca Sekawan ketika ditemui di kantornya, belum lama ini.
Dari lahan seluas 12 hektar itu, kata Achmad, pihaknya akan memanfaatkan 30% untuk bangunan. Sedangkan sisanya, 70% dibiarkan terbuka menjadi area terbuka hijau. Hal itu dilakukan demi kenyamanan seluruh orang yang tengah berada di kawasan Cibis Business Park. “Bahkan jam 12 siang yang panas tetap bisa duduk-duduk di bangku taman, karena aliran udaranya bagus dan ada shadow effect sehingga tetap nyaman,” paparnya.
Achmad Umar bukan kali ini mengembangkan kawasan Business Park. Sebelumnya, ia sudah membangun kawasan Business Park yaitu Arkadia Office Park, yang juga berada di Jl TB Simatupang. Bahkan ia tercatat sebagai pengusaha properti pertama di Indonesia yang mengembangkan kawasan Business Park, ketika membangun Arkadia Office Park tahun 1996 silam.
Baca juga: “Maaf, Kami Tak Menyediakan Kantong Plastik…”
Kala itu pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 62 tahun silam itu banyak dicibir para pengusaha properti lain. Sebab Achmad Umar membangun kawasan bisnis berkonsep green di kawasan selatan Jakarta.
“Saat itu saya banyak dicibir orang, termasuk para pelaku usaha properti. Kok berani membangun perkantoran dengan konsep green di selatan Jakarta, yang nota bene merupakan kawasan hijau di kota Jakarta. Tetapi akhirnya konsep green yang saya usung di Arkadia Office Park itu mendapatkan banyak Award dari berbagai pihak,” kata Umar.
Sebenarnya, kata Umar, sejak memutuskan terjun di bisnis properti di tahun 1980an, ia sudah mengusung konsep green dengan membangun properti di sekitar tahun 1984-1985. Hanya saja konsep Office Park baru ia kembangkan di tahun 1996 dengan membangun Arkadia Office Park.
Setelah Arkadia, lebih dari dua dekade kemudian, Achmad Umar kembali memutuskan membangun konsep serupa dengan lokasi yang masih di Jakarta Selatan setelah melihat adanya peluang bisnis. Mantan pilot ini kemudian mengambil alih Cilandak Commercial Estate yang memiliki lahan 12 hektar.
“Paling besar di sekitar Jl TB Simatupang. Bagi saya, ini adalah sebuah opportunity bisnis untuk membangun sebuah office park yang lebih besar dibanding Arkadia Office Park,” kata Umar mengisahkan kembali awal mula membangun kawasan business park di kawasan Cilandak.
Di atas lahan seluas 12 hektar inilah Umar akan membangun 9 tower. Rencananya, 2 tower akan difungsikan sebagai hunian dan tujuh tower lainnya untuk perkantoran. Menurut Umar, kawasan Cibis Business Park akan menjadi pengembangan mixed-use terbesar di Jl TB Simatupang dengan populasi sekitar 40.000 orang.
Selain green, Umar juga mengusung konsep pola tata kota Islam kuno di Nusantara. Tetapi, tentu saja, dimodifikasi sesuai tuntutan zaman. “Persis di tengah-tengah nantinya akan kita bangun alun-alun, seperti halnya pola tata kuno di masa Islam pada masa lalu. Ada alun-alun, ada masjid, ada pasar, dan ada perkantoran yang merepresentasikan keraton pada zaman dulu. Konsep kota mulanya dari alun-alun. Di Inggris atau negara-negara lainnya dikenal dengan sebutan square,” katanya.
Pastinya, kata Umar, di kawasan Cibis Business Park, ada market, ada hunian, ada perkantoran, jogging track sepanjang 1,5 km, taman, taman bermain untuk anak, golf driving range, lapangan tenis, kolam renang, dan sebagainya.
“Cibis Business Park merupakan satu-satunya kawasan bisnis terpadu yang dilengkapi dengan lapangan golf,” katanya.
Sementara untuk kepentingan ibadah, Umar menempatkan mushola di setiap lantai dari tower yang dibangun. Disamping ada sebuah masjid besar yang berada di luar area gedung.
Proses pembangunan pertama dilakukan tahun 2015, dimulai dengan mendirikan Tower 9 (Cibis Nine), yang pembangunannya rampung tahun 2017 dan mulai difungsikan pada pertengahan 2018. Tahap kedua dilakukan tahun 2019 ini dengan membangun Tower 2, 5, dan 6. Lalu tahap ketiga, Tower 1, 3, 4, dan 7 (A dan B). Pembangunan seluruh kawasan Cibis Business Park ditargetkan selesai pada tahun 2022.
“Paling tinggi 24 lantai, sesuai peraturan ketinggian bangunan gedung di kawasan Jakarta Selatan,” katanya.
Cibis Nine didirikan di atas lahan seluas sekitar 1,3 hektar dengan ketinggian 19 lantai. Luas gedung Cibis Nine sendiri 54.000 meter persegi yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Antara lain area parkir 3 lantai yang semuanya berada di area basement, 14 lift yang tersertifikasi, sistem keamanan 24 jam, sistem pemadam kebakaran, dan sebagainya.
Umar merasa bersyukur, di tengah melesunya bisnis properti, peminat Cibis Nine justru tinggi. Begitu diluncurkan, tingkat okupansinya mencapai 80 persen.
“Sebenarnya di atas kertas sudah 100 persen tapi yang sudah tandatangan kontrak mencapai 80 persen dan 20 persen masih tahap negosiasi. Seperti halnya di Arkadia, kebanyakan adalah perusahaan internasional seperti HSBC dan Primair Oil dari Inggris, juga ada perusahaan dari Jerman, Swedia, Amerika, dan sebagainya. Beberapa dari mereka bahkan menjadikan Cibis Nine sebagai head office. Mostly international companies,” Umar menambahkan.
Dikatakan, konsep Office Park yang dikembangkannya selama ini seperti Arkadia Office Park dan kini Cibis Business Park lebih diminati perusahaan-perusahaan internasional. “Yang kita jual adalah environment, suasana. Konsep office park yang green memang lebih menonjolkan suasana supaya mendatangkan kenyamanan dan ketenangan bagi pekerja.”
Achmad Umar mengungkapkan alasannya kenapa sejak awal terjun di bisnis properti di awal tahun 1980an ia sudah mengusung konsep green.
“Kita sadar bahwa pelaku bisnis properti sangat banyak. Tetapi kita juga sadar, apa sih yang dibutuhkan masyarakat ke depannya. Lingkungan yang sehat, environment ya toh. Apalagi ketika masih menjadi pilot di akhir tahun 1970an, saya sering mengangkut para petinggi perusahaan-perusahaan oil and gas, perusahaan yang selalu mengedepankan aspek keselamatan dan lingkungan. Awalnya dari situ. Dari sisi bisnis, tentu saja saya ingin membuat sesuatu yang different, berbeda, yang saat itu belum ada, belum dilakukan para pelaku bisnis properti di Indonesia,” ungkapnya.
Baca juga: Saatnya Meninggalkan Plastik…..
Itu sebab, lanjut Umar, mengapa konsep office park yang ia kembangkan begitu diminati perusahaan-perusahaan internasional, yang selama ini begitu concern terhadap lingkungan. Umar mencontohkan, di Arkadia Office Park, ada British Petroleum (BP) sedangkan di Cibis Nine ada Primair Oil (PO). Keduanya adalah perusahan migas asal Inggris.
Green Building, tak sekadar hijau. Umar menjelaskan, konsep green building lebih ke arah bagaimana gedung yang dibangunnya ramah lingkungan dan hemat energi. Umar menyebut Cibis Nine yang kini sudah berdiri dan beroperasi adalah contoh dari green building. “Kita sudah merancangnya sejak tahap disain, lalu pengerjaan, dan pengoperasian,” jelasnya.
Dari informasi yang didapat lewat booklet “Cibis Nine,” konsep green building di gedung Cibis Nine meliputi berbagai aspek. Mulai dari penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan seperti penggunaan kaca ganda (double glazed) di dinding sisi timur dan barat (external envelove), penggunaan lampu yang hemat energi (efficient office lighting), sistem penyediaan air sendiri untuk keperluan toilet (rainwater harvesting), pembuatan taman di atap (high SRI roof) untuk menghindari terjadinya ‘heat island effect,’ penggunaan sistem penyejuk ruangan yang efisien dan ramah lingkungan (efficient cooling system), dan sebagainya.
Penggunaan material kaca ganda pada dinding (external envelove) sisi timur dan barat dimaksudkan untuk menyerap energi panas matahari supaya menimbulkan efek hangat ke dalam ruangan gedung.
Sistem rainwater harvesting di bagian atap gedung digunakan untuk menampung air hujan yang kemudian disaring untuk keperluan air di toilet dan kolam-kolam air di taman (rainwater harvesting dan stormwater management). Sedangkan lampu yang digunakan merupakan lampu hemat energi (LED).
Khusus lampu penerangan dan lobi, dirancang untuk padam dengan sendirinya menggunakan timer control ketika dan selama jam kantor selesai. (Hasanuddin)
*) Artikel ini pernah dimuat di majalah ISafety edisi No 08/2019 dengan judul “Cibis Business Park, Hunian & Bisnis Berkonsep Green” dengan pewarta yang sama)