• Ada pertanyaan/saran ?
  • +62 878 8386 0077
  • cs@indosafety.id
Logo weblogo web huruf putihLogo webLogo web
  • Home
  • Berita
  • K3
      • Pengetahuan Dasar K3
      • Profil K3 Indonesia
      • Kecelakaan Kerja
      • Penyakit Akibat Kerja
      • Asosiasi & Komunitas K3
      • PJK3
      • Regulasi & Standarisasi
      • Event K3
  • Keselamatan Umum
      • Anak & Perempuan
      • Bencana
      • Gedung & Bangunan
      • Kebakaran
      • Olahraga
      • Pariwisata
      • Pasien & Rumah Sakit
      • Produk & Konsumen
      • Rumah
      • Sekolah
  • Keselamatan Industri
    • Manufaktur
    • Migas
    • Minerba
    • Telekomunikasi
    • Pertanian
    • UMKM
  • Kampus
    • Suara Kampus
    • Penelitian
    • Info Loker
  • Opini
  • Tips Safety
  • About
  • Kontak Kami
Jasa Pendirian PT
Mahasiswa Prodi K3 UI Gelar Edukasi K3 & Promosi Kesehatan di Citeureup
10 Desember 2020
Mahasiswa K3 Uniba dan BPBD Balikpapan Gelar ‘Fire Drill’
19 Desember 2020

Di Waskita Karya, Mandor Pun Harus Lulus CQSMS

19 Desember 2020

Ilustrasi mandor

Share Yuk!

Untuk menjadi mitra kerja (vendor) di PT Waskita Karya (Persero) Tbk, seorang mandor pun harus lulus penilaian CQSMS (Contractor Quality Safety Management System). Seorang mandor yang akan menjadi Rekanan Waskita harus memiliki kompetensi QHSE yang baik dan mumpuni.

JAKARTA, Indosafety.id – Konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang berisiko tinggi (high risk) terhadap terjadinya kecelakaan dengan dampak yang acap berakhir secara fatal (fatality accident) bagi para korbannya seperti meninggal dunia, cacat, patah tulang, dan luka berat lainnya.

Para korban tak hanya merupakan para pekerja yang sedang bekerja di proyek-proyek konstruksi. Tetapi juga masyarakat umum seperti kasus runtuhnya konstruksi jembatan Kutai Kertanegara (Kukar) di Kalimantan yang menewaskan 24 orang pada 26 November 2011, ambruknya selasar gedung BEI pada 15 Januari 2018 yang mengakibatkan 72 orang terluka, dan masih banyak lagi.

Dalam konteks K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang paling banyak menelan korban jiwa, terutama bagi para pekerjanya. Situasi ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia, tak terkecuali Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai salah satu negara termaju dalam safety dan K3 di dunia.

Baca juga: Ditengah Pandemi Covid-19, Tim Proyek Bendungan Rukoh Ngebor Bukit Sejauh 190 Meter

Di Indonesia sendiri, kasus kematian pekerja akibat jatuh dari ketinggian, menyumbang lebih dari 30% total angka kematian pekerja akibat kecelakaan kerja, setiap tahunnya. Dan kasus kecelakaan kerja berupa jatuh dari ketinggian itu nyaris seluruhnya terjadi di proyek-proyek konstruksi, baik proyek kategori Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bernilai triliunan rupiah hingga proyek berskala kecil yang bernilai puluhan juta rupiah.

Dampak yang ditimbulkan secara langsung tak sekadar korban manusia/pekerja. Tetapi juga kerugian finansial bagi perusahaan, yang berpotensi pada terancamnya keberlangsungan bisnis perusahaan. Dalam skala lebih luas, kecelakaan kerja akan menimbulkan dampak secara multidimensi seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

CQSMS

Lantas, mengapa kasus kecelakaan kerja marak terjadi di sektor konstruksi dan sering berakibat fatal? Tentu ada begitu banyak hal yang menjadi faktor penyebabnya dan bisa saling terkait satu sama lain. Mulai dari aspek teknis, karakteristik proyek konstruksi yang khas, hingga aspek budaya.

Secara teknis, para ahli keselamatan konstruksi sepakat bahwa potensi terjadinya kecelakaan konstruksi sudah dimulai sejak tahap perencanaan, perancangan, pemilihan alat dan metode kerja (procurement), pelaksanaan pekerjaan konstruksi, penyelesaian pekerjaan, hingga pemeliharaan.

Selaku kontraktor papan atas nasional yang dalam beberapa tahun ini medapat kepercayaan untuk mengerjakan banyak proyek berkategori PSN, PT Waskita Karya (Persero) Tbk terus berupaya mewujudkan terciptanya nihil kecelakaan (zero accident) di setiap proyek yang dikerjakannya dengan karya bermutu.

Baca juga: Konstruksi Hijau Untuk Bangunan Hijau

Guna mewujudkannya, Waskita Karya menerapkan aspek keselamatan konstruksi dari hulu hingga hilir. Di tingkat hulu, salah satu BUMN Konstruksi ini sudah melakukannya sejak tahap perencanaan, perancangan, hingga tahap pemilihan dan pengadaan (alat, metode kerja, hingga vendor/mitra kerja).

Soal mitra kerja (vendor), Waskita Karya memilihnya secara selektif dan ketat. Menurut Batara Jadi A Pane, Manajer 2 Divisi QHSE & Systems PT Waskita Karya (Persero) Tbk, untuk menjadi rekanan Waskita Karya, setiap vendor terlebih dahulu harus lolos seleksi administratif (Verifikasi on Desk).

Di tahap ini, keabsahan kualitas dokumen vendor akan diseleksi dan dinilai. Vendor yang lolos seleksi administratif disebut Calon Rekanan Waskita.

Batara Jadi A Pane, Manajer 2 Divisi QHSE & Systems PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (Foto: Indosafety.id/Hasanuddin)

Mereka yang lolos, akan memasuki tahap selanjutnya yaitu Verifikasi Site Fisik dan Penilaian CQSMS (Contractor Quality Safety Management System). Menurut Batara, penilaian CQSMS dilakukan untuk memastikan bahwa Waskita Karya memiiki rekanan kerja yang betul-betul profesional dan handal dari sisi kompetensi/pengalaman kerjanya.

“Selain itu untuk memastikan vendor memiliki komitmen dan konsistensi untuk melaksanakan persyaratan implementasi sistem QHSE sebagaimana dibutuhkan Waskita Karya,” kata Batara kepada Indosafety.id di Jakarta, Rabu (16/12/2020).

Penilaian CQSMS dilakukan melalui aplikasi WAVE (Waskita Vendor). Penilaian CQSMS dilakukan terhadap dua kategori vendor yaitu perusahaan dan perorangan. Perusahaan terdiri atas supplier, sub kontraktor, sewa alat, usaha mikro & kecil, jasa khusus, dan konsultan konstruksi. Sedangkan kategori perorangan terdiri atas jasa khusus, konsultan konstruksi, konsultan perorangan, mandor borong, dan usaha mikro & kecil.

Baca juga: Mengukir Rekor di Proyek Tol Cimanggis – Cibitung

Berdasarkan rekap penilaian per 1 Nov 2020, kata Batara, dari 3.382 vendor di kategori perusahaan yang mengikuti penilaian CQSMS, hanya 361 vendor yang dinyatakan lulus atau 11%. Selebihnya, 3.021 vendor atau 89% tidak lulus.

Untuk kategori perorangan, berdasarkan data yang sama, dari 1.064 yang mengikuti penilaian CQSMS, hanya 85 orang (8%) yang lulus. Sedangkan 979 orang lainnya atau 92% tidak lulus.

Menariknya, dari 1.064 peserta, terbanyak adalah mandor borong yaitu 771 orang atau 72,64%. Namun ketika dilakukan penilaian CQSMS, jumlah mandor borong yang lulus hanya 26 orang atau 3,37%.

“Dari 26 orang mandor itu, sebanyak 20 mandor lulus dengan kategori low risk dan enam mandor lainnya lulus dengan kategori medium risk,” kata Batara.

Bagi vendor yang belum lulus, baik kategori perusahaan maupun perorangan seperti halnya mandor, toh Waskita Karya tetap memberi kesempatan dengan membuka E-Clinic yang disupport Run System, e-WISE CQSMS . Dalam program berbasis learning management system (LMS) itu, Waskita berupaya meningkatkan kualitas dan kompetensi vendor yang terdaftar di WAVE. (Hasanuddin)

Bagikan !
2
Redaksi Indosafety
Redaksi Indosafety

Posting Terkait

Banjir di Jakarta. (Foto: sonora.id)

21 Februari 2021

Ini Skenario Pengendalian Covid-19 Saat Banjir


Selengkapnya

Sejumlah kendaraan terendam banjir di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). (Foto: tempo.co)

20 Februari 2021

Banjir Bisa Memperburuk Pandemi Covid-19


Selengkapnya

budaya K3-ilustrasi-www.zapmeta.ws

18 Februari 2021

Ini 4 Program Kemnaker dalam Upaya Penguatan Budaya K3


Selengkapnya
16 Februari 2021

K3 Kunci Tingkatkan Produktivitas di Masa Covid-19


Selengkapnya
16 Februari 2021

Mahasiswa Harus Menjadi Motor Gerakan & Budaya K3


Selengkapnya
11 Februari 2021

Penggunaan Merkuri dalam Industri Harus Segera Ditinggalkan


Selengkapnya

1 Comment

  1. herry berkata:
    19 Desember 2020 pukul 10:51

    Prioritas sekali K3 di smua lini jasa industri..

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share Yuk !

Sign Up Newsletter !

KANAL

  • Anak & Perempuan
  • Bencana
  • Berita
  • Budaya K3
  • COVID-19
  • Event K3
  • Gedung & Bangunan
  • HEADLINE
  • Info Produk
  • Internasional
  • K3
  • Kampus
  • Kebakaran
  • Kecelakaan Kerja
  • Keselamatan Industri
  • Keselamatan Konstruksi
  • Keselamatan Umum
  • Lingkungan
  • Makanan
  • Migas
  • Minerba
  • Opini
  • Pariwisata
  • Pasien & Rumah Sakit
  • Penelitian
  • Pengetahuan Dasar K3
  • Penyakit Akibat Kerja
  • Produk & Konsumen
  • Profil K3 Indonesia
  • Regulasi & Standarisasi
  • Rumah
  • Sekolah
  • Sosok
  • Suara Kampus
  • Tips Safety
  • TOP TEN
  • Transportasi
  • UMKM
  • Wawancara Khusus

ADVERT

Pendirian PT dan Virtual Office Jakarta Selatan

TAGS

Bendungan BPJS Ketenagakerjaan Budaya K3 Budaya K3 Konstruksi Cibis Business Park Cibis Nine covid-19 Data Kasus Kecelakaan Kerja DK3N Fakultas Vokasi K3 Uniba Gedung Utama Kejaksaan Agung Terbakar HSEI Isradi Zainal K3 Kasus positif Covid-19 Indonesia kebakaran Kebakaran gedung utama kejaksaan agung Kecelakaan Kerja Kecelakaan Lalu Lintas Kegagalan bendungan kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia Kesehatan Kerja Keselamatan anak Keselamatan api (fire safety) Keselamatan Bendungan keselamatan berkendara keselamatan di rumah Keselamatan gedung Keselamatan Konstruksi Bendungan keselamatan lingkungan keselamatan transportasi Pandemi Covid-19 Pekan Konstruksi Penyakit Akibat Kerja Permenaker No 09 tahun 2016 Pilkada serentak 2020 protokol kesehatan Protokol Kesehatan Covid-19 PT Waskita Karya (Persero) Tbk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk SIUMKM Uniba vaksinasi Covid-19 vaksin Covid-19 Sinovac vaksin Covid-19 tiba di Indonesia
Ada Pertanyaan atau Saran? Hubungi Kami di sini! Telp/WA 0878-8386-0077
2020 | Copyright Indosafety.id | Design & Managed by Singcat Network
  • Ada pertanyaan/saran ?
  • +62 878 8386 0077
  • cs@indosafety.id