KABUPATEN PIDIE, ACEH, Indosafety.id – Pandemi Covid-19 yang kini masih berkecamuk di Tanah Air, tak mengendurkan langkah tim proyek pembangunan Bendungan Rukoh di Desa Alue, Kecamatan Titeu, Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Ditengah pandemi virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2), tim proyek pembangunan Bendungan Rukoh yang dikomandani Jaka Purwa dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk bahkan terbilang mengukir prestasi. Utamanya dalam capaian kerja.
Menurut Project Manager (PM) Bendungan Rukoh Paket 2 Jaka Purwa Hartana, progress pembangunan fisik sudah mencapai 18% per 2 November 2020. Capaian ini terbilang luar biasa mengingat per 21 Agustus 2019 ketika Indosafety.id berkesempatan melakukan tugas jurnalistik ke proyek bendungan yang berjarak sekitar 160 km dari kota Banda Aceh itu progressnya saat itu baru mencapai 1,754%.
Baca juga : Keselamatan Bendungan
Dari 12 proyek bendungan yang dikerjakan PT Wakita Karya (Persero) Tbk, Rukoh merupakan proyek bendungan paling bontot. Kontrak pekerjaan proyek Bendungan Rukoh Paket 2 baru ditandatangani pada 31 Desember 2018. Dan pekerjaan konstruksi bendungan baru dimulai Januari 2019.
Sebenarnya, kata Jaka, progress yang dicapai bisa lebih dai 18% jika persoalan pembebasan lahan bisa cepat diselesaikan. Pembebasan lahan memang menjadi kendala utama dalam proyek pembangunan bendungan di negeri ini.
Masalah ini juga dirasakan pada proyek pembangunan Bendungan Rukoh, sebagaimana diakui Jaka. “Kendalanya memang di pembebasan lahan. Padahal proses pembebasan lahan sudah berlangsung sejak tahun 2016. Tetapi sampai saat ini masih belum selesai,” kata Jaka Purwa Hartana yang sebelumnya sukses memimpin proyek pembangunan Bendungan Gondang di Kab Karanganyar, Jawa Tengah. Bendungan Gondang sudah diresmikan Presiden Joko Widodo 2 Mei 2019.
Untungnya, pembebasan lahan di area inlet yang sebelumnya juga terkendala, sudah selesai dilakukan. Jaka dan tim langsung bergerak cepat begitu lahan di area inlet dan outlet sudah dibebaskan. Pekerjaan konstruksi terowongan pengelak langsung digarap.
“Alhamdulillah konstruksi terowongan pengelak sudah kami kerjakan sejauh 190 meter dari 510 meter,” kata pria berkacamata yang murah senyum ini.
Dalam hal pengerjaan konstruksi terowongan, proyek bendungan Rukoh Paket 2 terbilang istimewa dibanding proyek-proyek konstruksi bendungan yang selama ini dikerjakan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Terowongan yang nantinya difungsikan sebagai saluran pengelak sungai ini dibangun dengan cara ‘melubangi’ sebuah bukit di sana sepanjang 510 meter.
Baca juga: Bendungan Besar di Indonesia Banyak Berusia Lebih 50 Tahun
Keistimewaan bukan terletak pada panjang terowongan yang akan dibangun, tetapi dari cara (metode kerja) penggalian bukit yang akan dilakukan. Jika selama ini penggalian terowongan bendungan dilakukan dengan cara konvensional yaitu menggunakan alat berat seperti bulldozer atau dilakukan dengan metode blasting (peledakan), maka khusus di Rukoh, penggalian bukit dilakukan secara mekanikal (mechanical drilling), yaitu menggunakan mesin bor.
Menurut SVP Divisi Infrastruktur III PT Waskita Karya (Persero) Tbk Aris Mujiono, metode penggalian menggunakan mesin bor tersebut, merupakan yang pertama dilakukan Waskita Karya pada pekerjaan proyek konstruksi bendungan.
“Jika berhasil, maka metode kerja penggalian terowongan menggunakan mesin bor ini akan diterapkan di proyek-proyek konstruksi Waskita lainnya, khususnya proyek bendungan,” kata Aris kepada Indosafety.id saat melakukan Management Walk Through (MWT) di proyek bendungan Rukoh Paket 2, Kab Pidie, Aceh, Rabu (21/8/2019) silam.
Pemilihan alat kerja berupa mesin bor pada tahap pekerjaan penggalian terowongan di proyek bendungan Rukoh Paket 2 itu dilakukan berdasarkan hasil analisis geologis yang sebelumnya telah dilakukan atas kondisi tanah di lokasi proyek bendungan Rukoh.
“Tekstur tanah di Rukoh merupakan kombinasi. Agak bebatuan, tetapi labil atau tidak massif sehingga jika dilakukan menggunakan metode blasting akan terjadi keruntuhan. Risiko nya besar sekali jika blasting. Jika menggunakan bulldozer, spacenya tidak cukup karena diameter terowongan hanya 3 meter. Untuk kondisi tanah di Rukoh, alat yang paling efekttif digunakan adalah road header (mesin bor),” kata Jaka Purwa.
Terkait pandemi Covid-19, Jaka menjelaskan bahwa di proyek Bendungan Rukoh, ia menjalankan dengan ketat protokol Covid-19. “Di lapangan setiap hari menjalankan protokol Covid-19, dan semua pekerja harus menjalani rapid test,” pungkas Jaka Purwa Hartana,(Hasanuddin)
Bendungan Utama
Main Cofferdam
Bangunan Pengelak
Tampungan Waduk
Manfaat