JAKARTA, Indosafety.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan bahwa COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 sebagai pandemi pada Rabu (11/3/2020). WHO punya dasar kuat mengapa COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi.
Dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan sejak pertama kali dilaporkan di Wuhan, China pada Desember 2019 hingga pernyataan resmi WHO bahwa COVID-19 sebagai pandemi, penyakit ini telah menyebar ke 123 negara dengan lebih 126.000 orang terinfeksi.
Kini, per 9 November 2020, COVID-19 sudah menyebar ke 216 negara dan teritori dengan total terinfeksi 50.378.093 dan korban meninggal mencapai 1.262.132 orang. Jumlahnya diduga kuat akan terus meningkat.
COVID-19 bukan satu-satunya penyakit pandemi. Berdasarkan penelusuran Indosafety.id, sebelum COVID-19 setidaknya ada sejumlah penyakit terkategori pandemi dengan kejadian terburuk. Salah satunya adalah Black Death atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Pes.
Black Death (Maut Hitam) pertama kali dilaporkan muncul di Eropa di sekitar tahun 1346. Nama Black Death diberikan terhadap penyakit baru di abad 14 itu kemungkinan terkait gejala khas dari penyakit tersebut, di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal. Di Inggris, penyakit ini pada abad pertengahan dikenal dengan sebutan Black Plague (Wabah Hitam).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis (berasal dari tikus) dan ditularkan melalui kutu ini dalam sekejap menjadi wabah. Mula-mula di sejumlah negara di Eropa, namun kemudian menyebar hingga berbagai belahan dunia seperti China, India, Mesir, dsb.
Sepanjang sejarah kesehatan umat manusia, Black Death atau Black Plague atau Pes menjadi wabah penyakit yang berlangsung sangat lama. Sejak pertama kali dilaporkan pada abad 14 (sekitar tahun 1346), penyakit ini menjadi wabah secara bergelombang di berbagai negara di dunia selama kurang lebih 300 tahun, dari abad 14 hingga abad 17.
Di Eropa sendiri, selain abad 14, gelombang pandemi Pes atau Black Death/Black Plague dilaporkan terjadi pada periode 1563-1566, 1573-1588, dan 1655-1666.
Bahkan hingga sekarang, penyakit pes dilaporkan masih ada. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, daerah pedesaan di AS bagian barat, beberapa bagian Afrika, dan Asia terkadang masih mengalami wabah pes hingga saat ini.
Di Inggris, penyakit pes sempat menjadi penyakit yang amat mematikan. Pada 1655, sebagaimana dilansir dari History.com, wabah Black Death yang di Inggris dikenal dengan sebutan Black Plague muncul untuk kedua kalinya di kota London.
Kala itu, wabah penyakit ini membunuh sekitar 100.000 orang atau 20 persen penduduk kota London sepanjang 1655 hingga 1666. Mengingat banyaknya korban meninggal akibat penyakit Pes ini, peristiwa tahun 1655-1666 tersebut dikenal dengan nama Wabah Besar London (Great Plague of London).
Manusia biasanya terjangkit wabah pes, termasuk wabah septikemia dan wabah pneumonik, karena kontak dengan kutu atau hewan yang terinfeksi. Gejala dari penyakit pes antara lain demam yang muncul tiba-tiba, sakit kepala, kedinginan, dan lemah lesu. Selain itu, salah satu atau lebih kelenjar getah bening bengkak dan nyeri saat ditekan. Untungnya, antibiotik modern berhasil mengobati wabah ini.
Dikabarkan, wabah pes yang terjadi di abad pertengahan tersebut setidaknya telah mengakibatkan 200 juta jiwa manusia meregang nyawa. Di China dan India dilaporkan 13 juta orang meninggal dunia akibat wabah pes yang terjadi di abad pertengahan.
Sedangkan di Mesir dan Gaza dilaporkan 13 ribu orang meninggal dunia setiap harinya akibat Pes. (bersambung/Hasanuddin)
BLACK DEATH (PES)