3. Bendungan St Francis, Amerika Serikat
Bendungan Saint Fransiskus dibangun karena Sungai Los Angeles tidak mampu memenuhi kebutuhan air warga Los Angeles, California, Amerika Serikat. Selain itu, air di Danau Owens cepat mengering. Disain dan konstruksi bendungan St Fransiskus dibuat oleh William Mulholand, yang sebelumnya sukses membangun bendungan Mulholand, juga di Los Angeles. Karenanya, dalam membangun bendungan St Fransiskus, William Mulholand benar-benar mengadopsi bendungan yang sebelumnya dibuat, bendungan Mulholand.
Pada hari Senin tanggal 12 Maret 1928, bendungan St Fransiskus runtuh dan menggelontorkan 24 juta m3 air yang langsung menerjang lembah Santa Clara dan menenggelamkan kota Santa Paula setinggi 6 meter. Banjir bandang akibat runtuhnya bendungan St Fransiskus tersebut menewaskan setidaknya 450 orang, termasuk 42 anak sekolah.
Hasil investigasi yang dilakukan kemudian hari menyimpulkan, bencana runtuhnya bendungan St Fransiskus ini murni kesalahan William Mulholand yang menyepelekan bahan dasar konstruksi bendungan dan kondisi geografis wilayah di mana bendungan itu dibangun. Kondisi geologi dari lokasi dibangunnya bendungan St Fransiskus berada pada wilayah paleomega landslide, yaitu tekstur tanah bebatuan yang labil.
Bencana itu dipicu dari retakan pada struktural tambahan guna meningkatkan kapasitas air. Akibatnya bebatuan di bawah bendungan menjadi tidak stabil sehingga membuat bendungan pecah. Pada pagi hari sebelum bencana terjadi, ada laporan tentang kebocoran baru yang mengindikasikan air yang menggerus pondasi bendungan, akan tetapi Departemen Air dan Listrik sebagai pengelola bendungan St Fransiskus, menganggap bendungan aman-aman saja.
Nama bendungan : St Fransiskus
Lokasi bendungan : Los Angeles, California, Amerika Serikat
Waktu kejadian : Senin, 12 Maret 1928
Fungsi bendungan : Pasokan air
Kegagalan bendungan : Bendungan runtuh
Penyebab : – Bendungan dibangun di atas lahan labil
Volume air yang tumpah : 24 juta m3
Jumlah korban tewas : 450 orang
4. Bendungan Brumadinho, Brasil
Bendungan untuk menampung limbah tambang (tailing) milik perusahaan raksasa tambang “Vale” di tambang bijih besi Feijao di Brumadinho, negara bagian Minas, Brasil Tenggara, jebol pada Jumat (25/1/2019), menumpahkan jutaan m3 air dan lumpur, yang merupakan limbah pertambangan. Luapan air dari bendungan tersebut langsung menerjang dan menyapu ratusan pekerja tambang yang saat itu sedang menikmati istirahat makan siang.
Tidak ada bunyi sirine sama sekali, sebagai tanda peringatan akan ambruknya bendungan sehingga ratusan pekerja tambang yang tengah istirahat makan siang tersebut tidak memiliki persiapan sama sekali untuk tindakan menyelamatkan diri. Dalam hitungan menit sejak bendungan itu runtuh, jutaan meter kubik air dan lumpur beracun mengalir menuruni lembah, menelan segalanya dan semua orang di jalur yang dilintasinya. Hingga Juli 2019, korban tewas diperkirakan mencapai 300 orang. Angka korban meninggal dunia ini kemungkinan bisa bertambah mengingat masih banyak orang yang melapor kehilangan anggota keluarganya kepada petugas berwenang.
Hingga kini belum ada keterangan resmi yang dirilis pemerintah Brasil terkait penyebab jebolnya bendungan tailing milik perusahaan raksasa tambang “Vale” tersebut. Tetapi santer disebutkan, bendungan itu jebol karena adanya kesalahan pada konstruksi bendungan. Karena itu, pihak otoritas kehakiman setempat, selain menyeret para pejabat Vale ke persidangan, mereka juga membidik sebuah perusahaan konstruksi asal Jerman, Tuv Sud, karena dianggap berperan dalam ambruknya bendungan tailing itu.
Tuv Sud mengeluarkan sertifikasi layak atas konstruksi bendungan milik perusahaan raksasa tambang Vale di Brumadinho. Padahal, sejatinya, konstruksi bendungan tersebut rentan ambruk dan Tuv Sud sudah mengetahuinya sejak awal. Pihak otoritas kehakiman Brasil mengaku memiliki bukti berupa email analisis Tuv Sud tentang bendungan yang awalnya gagal memenuhi persyaratan resmi. Selain itu, konstruksi bendungan juga berdiri di atas tanah yang rentan mengalami likuifaksi.
Nama bendungan : Bendungan Brumadinho
Lokasi bendungan : Brumadinho, Minas, Brasil Tenggara
Waktu kejadian : 25 Januari 2019
Fungsi bendungan : Menampung limbah tambang (tailing)
Kegagalan bendungan : Bendungan runtuh
Penyebab : – Kesalahan konstruksi
Volume air dan lumpur yang tumpah : jutaan m3
Jumlah korban tewas : 300 orang
5. Bendungan Val di Stava, Italia
Italia kembali berduka ketika bendungan dua bendungan tailing (bendungan yang dibangun untuk menampung limbah tambang) di atas desa Stava, Trentino, Italia Utara, mengalami kegagalan bendungan pada 19 Juli 1985. Peristiwa ini mengakibatkan 268 orang tewas, 63 bangunan hancur, dan delapan jembatan hancur.
Kegagalan bendungan terjadi ketika bendungan tailing di bagian atas jebol, yang menyebabkan runtuhnya bendungan tailing di bagian bawah. Sekitar 180.000 meter kubik lumpur, pasir, dan air dilepaskan ke lembah Rio di Stava dan menuju desa Stava dengan kecepatan 90 km/jam. Setelah menerjang desa, semburan terus berlanjut hingga mencapai Sungai Avisio sejauh 4,2 km dan menghancurkan segala benda yang dilintasinya.
Investigasi yang dilakukan di kemudian hari menyimpulkan bahwa bendungan tailing tersebut tidak dirawat dengan baik dan perusahaan tambang pemilik bendungan tersebut menyediakan anggaran untuk keamanan bendungan yang sangat minim. Tim investigasi menemukan adanya sebuah pompa di bendungan bagian atas yang digunakan untuk mengalirkan air limbah tambang (tailing) berada dalam kondisi melengkung akibat terlalu berat menahan beban sedimen, yang merupakan limbah dari aktivitas pertambangan. Hal ini memicu drainase bendungan bagian atas menjadi tidak efektif.
Pada saat bersamaan, air terus dipompa ke reservoir di belakang bendungan, sehingga terjadi ketidakseimbangan yang kemudian memicu tekanan pada tepi bendungan bagian atas meningkat. Air dan lumpur yang tidak mengalir akibat drainase rusak tadi, kemudian merembes tepian bangunan, menyebabkan tanah di dalamnya menjadi tak stabil hingga berujung dengan jebolnya tepian bendungan atas.
Air dan limbah tambang (tailing) yang mengalir dari bendungan atas dalam volume besar dan tekanan tinggi tersebut langsung menerjang bendungan bagian bawah. Akibatnya, bendungan tailing bagian bawah runtuh, 30 detik kemudian, dan menerjang apa saja yang dilintasinya.
Pada Juni 1992, 10 orang dinyatakan bersalah atas kegagalan bendungan tailing tersebut dan serangkaian aksi pembunuhan yang terjadi terkait kasus kegagalan bendungan tailing Val di Stava tersebut. (Hasanuddin/bersambung)
Nama bendungan : Val di Stava
Lokasi bendungan : Stava, Italia Utara
Waktu kejadian : 19 Juli 1985
Fungsi bendungan : Menampung limbah tambang (tailing)
Kegagalan bendungan : Bendungan runtuh
Penyebab : – Perawatan bendungan buruk
Volume air dan lumpur yang tumpah : 180.000 m3
Jumlah korban tewas : 268 orang