JAKARTA, Indosafety.id – Nyamuk merupakan satwa bertubuh mungil yang menjengkelkan bagi manusia. Betapa tidak, serangga bersayap yang masuk dalam ordo Diptera (lalat) dan tergolong dalam famili Culicidae ini selalu mengusik manusia ketika sang mentari tengah bersiap beranjak ke peraduannya.
Pada saat itu nyamuk akan keluar dari sarang dan memulai aktivitasnya dengan terbang ke segala penjuru untuk mengisi perut. Serangga kecil bersayap yang diberinama Mosquito oleh bangsa Spanyol pada tahun 1583 ini hidup dengan cara menghisap darah makhluk hidup seperti manusia dan satwa mamalia lainnya.
Ketika sedang menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liurnya yang mengandung antikoagulan untuk mencegah darah yang dihisapnya itu membeku. Setelah merasa kenyang, nyamuk akan pergi dengan meninggalkan air liurnya di kulit ‘mangsanya’. Air liur nyamuk itu akan menimbulkan reaksi kimia tersendiri di tubuh makhluk hidup yang menjadi mangsanya. Pada manusia, proses itu akan menimbulkan dampak berupa gatal yang ditandai dengan adanya benjolan kecil (bentol) di permukaan kulit. Meski tak menimbulkan dampak yang serius, kecuali untuk nyamuk spesies tertentu seperti nyamuk Aedes aegipty dan malaria, toh rasa gatal tersebut terasa mengganggu.
Di kala tidur, rasa gatal akibat serangan nyamuk bahkan bisa membuat manusia terjaga. Jika tak segera ditangani, serangan nyamuk yang terjadi secara bergelombang dan terus-menerus ini akan membuat waktu dan kualitas tidur kita menjadi berkurang. Imbasnya, badan akan terasa lemas dan mengantuk di pagi dan siang hari, justru di saat kita sedang bekerja.
Kondisi tubuh yang lemas akibat kurang tidur, akan membuat kita menjadi cepat lelah (fatique). Rasa kantuk akan menyebabkan kita menjadi tidak fokus ketika sedang bekerja. Kelelahan dan tidak fokus merupakan pemicu terjadinya banyak kecelakaan kerja di tempat kerja.
Obat Nyamuk Bakar
Ada beragam cara yang dilakukan untuk mengusir atau membasmi nyamuk. Salah satunya adalah menggunakan ‘obat’ nyamuk, baik yang dibakar maupun semprot. Cara ini merupakan metode pengusiran nyamuk paling digemari masyarakat Indonesia.
Terutama obat nyamuk bakar. Menurut riset pasar, pada 2018 nilai pasar obat nyamuk di Indonesia mencapai Rp5 triliun/tahun. Empat dari 10 rumah di Indonesia, menggunakan obat nyamuk.
Dari keseluruhan penggunaan obat nyamuk, 40% masyarakat Indonesia menggunakan obat nyamuk bakar, 20% lainnya berbahan aerosol dan sisanya jenis-jenis lain. Harga yang murah dan pembakaran bisa bertahan hingga 8 jam, tentu menjadi pertimbangan tersendiri mengapa masyarakat Indonesia lebih memilih obat nyamuk bakar ketimbang bahan lainnya.
Obat nyamuk bakar dibuat menggunakan pasta kering dari bubuk piretrum. Bahan bubuk alami dari tanaman sejenis seruni ini sudah digunakan sebagai insektisida alami selama berabad-abad di Persia dan Eropa.
Pada akhir 1800-an seorang pengusaha Jepang bernama Eichiro Ueyama mengembangkan bubuk piretrum ini menjadi obat nyamuk bakar seperti yang sekarang kita kenal, setelah dicampur beberapa bahan lainnya seperti piretrin, aletrin, formaldehida, hidroksitoluena butilasi (BHT), piperonil butoksida (PBO), dsb.
Di tengah maraknya obat nyamuk semprot, oles (lotion), hingga elektrik, obat nyamuk bakar masih banyak digunakan masyarakat di banyak negara di dunia. Terutama di Asia, Afrika, Amerika Selatan, Kanada, dan Australia.
Bahaya Obat Nyamuk Bakar
Obat nyamuk bakar berbentuk spiral dengan diameter sekitar 15 cm. Cara menggunakannya adalah dengan membakar ujung paling luar dari spiral. Bara api itu akan merambat secara perlahan dari ujung paling luar hingga ujung paling dalam dan dibutuhkan waktu seikitar 7 – 12 jam untuk membakar habis sebuah spiral obat nyamuk.
Ketika dibakar, obat nyamuk bakar akan menghasilkan asap secara terus menerus selama 7 – 12 jam hingga seluruh obat nyamuk itu ludes terbakar. Asap itulah yang kemudian menjadi senjata utama obat nyamuk bakar dalam menghalau sekaligus membunuh nyamuk.
Disamping efektivitasnya dalam mengusir nyamuk, obat nyamuk bakar juga menyimpan potensi bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan manusia. Potensi bahaya dari obat nyamuk bakar terdapat pada bara api dan asap.
Asap hasil pembakaran obat nyamuk bakar merupakan emisi berbahaya yang berpotensi memicu terjadinya gangguan kesehatan serius pada manusia. Sebuah studi membuktikan jika asap dari sebuah obat nyamuk bakar menghasilkan partikel polusi yang sama bahayanya dengan pembakaran sekitar 100 batang buah rokok.
Sedangkan emisi formaldehida yang dihasilkan setara dengan pembakaran 51 batang rokok. Data dari suatu penelitian menunjukkan bahwa paparan asap obat nyamuk bakar dalam jangka panjang dapat menimbulkan kanker paru-paru di samping gangguan pernapasan.
Berbeda dengan asap, bara api dari obat nyamuk yang dibakar sejatinya tidak memiliki risiko bahaya yang bisa dirasakan secara langsung oleh penggunanya seperti gangguan kesehatan yang terjadi akibat menghirup asap obat nyamuk bakar dalam jangka waktu lama. Kendati demikian bara api dari obat nyamuk bakar justru akan menimbulkan dampak langsung yang jauh lebih merugikan sekaligus mengerikan dibanding asap seperti kebakaran disertai timbulnya korban jiwa.
Peristiwa kebakaran yang dipicu oleh obat nyamuk bakar cukup sering terjadi di Indonesia. Sebagian dari kasus-kasus itu merenggut korban jiwa (fatality accident) seperti peristiwa kebakaran yang terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat, pertengahan Juli silam.
Seorang ibu berinisial TA (48) dan kedua anaknya LR (20) serta NL (14) ditemukan tak bernyawa dalam kondisi gosong di antara puing rumahnya yang terbakar di Jl Griya Jatimurni Blok D Nomor 11 RT 4/5, Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/7/2020).
Dalam peristiwa itu hanya AY (54), kepala keluarga, yang selamat dengan luka ringan pada bagian tangan. Menurut AY, insiden tersebut berasal dari obat nyamuk bakar yang merambat ke kasur busa hingga memunculkan kobaran api yang menjalar ke seluruh rumah.
Sementara itu di Korea Selatan, pada tahun 1999 sebuah asrama tiga lantai ludes dilalap si jago merah dan mengakibatkan 23 penghuni asrama, tewas di lokasi kejadian. Pihak berwenang yang menyelediki kasus ini mendapati fakta bahwa kobaran api berasal dari obat nyamuk bakar yang dipasang di salah satu kamar. (Hasanuddin)