Ratusan bangunan di Jakarta setiap tahunnya dilalap si jago merah. Puluhan jiwa melayang, puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggal, dan kerugian mencapai ratusan miliar rupiah saban tahunnya.
JAKARTA, Indosafety.id – PERISTIWA kebakaran masih menjadi ancaman nyata warga Jakarta. Bahkan terus membayangi para warga yang tinggal di pemukiman kumuh dan padat.
Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, dalam empat tahun terakhir jumlah kasus kebakaran di DKI Jakarta terus meningkat. Untuk tahun 2020 ini saja Dinas Gulkarmat Provinsi DKI Jakarta mencatat terdapat 243 kebakaran atau rata-rata 4 kebakaran setiap hari.
“Tahun ini hingga 27 Februari telah terjadi 243 kejadian kebakaran,” ujar Kepala Dinas Gulkarmat Provinsi DKI, Satriadi Gunawan di sela-sela peringatan HUT ke-101 Dinas Gulkarmat Provinsi DKI Jakarta di Duri Pulo, Gambir, Jakarta, Minggu (1/3/2020).
Satriadi membeberkan, pada 2016, jumlah kebakaran sebanyak 1.171 kejadian. Tahun berikutnya, 2017 naik sekitar 25% menjadi 1.471 kejadian. Pada 2018 sebanyak 1.751 kejadian atau naik 19 persen dari tahun 2017, setra pada 2019 sebanyak 2.183 kejadian atau naik 24 persen.
“Kami bertekad meningkatkan pelayanan kepada masyarakat bukan hanya pelayanan pemadaman kebakaran saja, tetapi juga penanganan bencana lain termasuk penanganan binatang liar dan penyelamatan perorangan,” kata Satriadi.
Sementara itu, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat terdapat sekitar 410 kejadian kebakaran di DKI Jakarta sepanjang tahun 2019 (Januari – Oktober). Dari jumlah tersebut terdapat 2.962 KK yang terdampak kebakaran.
Jumlah KK yang terdampak tersebut didominasi oleh kebakaran yang terjadi di permukiman padat penduduk. Sepanjang 2019, tercatat 13.211 jiwa yang terdampak dari kejadian kebakaran dan 79%-nya (10.377 jiwa) mengungsi. Jumlah pengungsi terbanyak ada di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara dengan jumlah masing – masing 4.332 dan 4.289 jiwa.
Selain itu, jumlah kerugian materi juga yang terbesar ada di Jakarta Barat dengan jumlah sekitar Rp61.572.500.000. Sedangkan di Kepulauan Seribu dari satu kejadian mengakibatkan kerugian sebesar Rp3.000.000 dengan sarana yang rusak adalah satu rumah tinggal dan tidak ada pengungsi.
Baca juga : Bahaya dan Kerugian Kebakaran
Dari 13.211 jiwa yang terdampak kejadian kebakaran terdapat 125 korban luka ringan, 18 korban luka berat/bakar dan 3 meninggal dunia.
Selain memiliki jumlah jiwa terdampak yang terbanyak, Jakarta Barat dan Jakarta Utara juga memiliki korban terbanyak dari luka ringan, berat maupun meninggal dunia. Tercatat jumlah korban luka ringan, berat maupun meninggal dunia di Jakarta Barat masing – masing 51, 5, dan 2 jiwa.
Sementara di Jakarta Utara sebanyak 27 korban luka ringan, 3 korban luka berat dan 1 meninggal dunia. Sedangkan di Kepulauan Seribu tidak ada korban jiwa dari 1 kebakaran yang terjadi.
Penyebab Kebakaran
Lantas, apa penyebab terbesar kasus kebakaran di Jakarta? “Musibah kebakaran ini juga bisa disebabkan banyak hal mulai dari ledakan tabung gas, pembakaran sampah dan korsleting listrik. Khusus di wilayah Jakarta, penyebab kebakaran terbesar disebabkan oleh korsleting listrik,” ungkapnya.
Menurutnya, salah satu upaya untuk mencegah kasus kebakaran mengalami peningkatan, adalah dengan melakukan penertiban kawasan kumuh yang berada di bantaran waduk dan kali, serta pinggir jalan inspeksi rel.
Baca juga : Klasifikasi Kebakaran/Api
Selain dapat memperluas jalan akses masuk mobil dan petugas damkar sehingga dapat dengan cepat melakukan pemadaman api, penertiban kawasan kumuh juga mampu mengurangi pemakaian listrik ilegal yang tersambung sembarangan. Pemicu utama kebakaran di kawasan kumuh adalah terjadinya arus pendek listrik akibat sambungan listrik ilegal.
“Penyebab kebakaran terbesar itu terkait dengan listrik. Akses jalan yang ada ikut mempengaruhi respons dari petugas damkar. Biasanya akses jalan di kawasan kumuh sempit. Tapi sejak ada penertiban, waktu respons kita bisa lebih cepat. Penertiban permukiman di pinggir kali merupakan salah satu upaya mempermudah petugas damkar untuk mengambil air,” jelasnya.
Begitu juga dengan penataan pemukiman padat penduduk melalui program kampung deret. Subedjo menilai, program ini membantu penurunan angka kasus kebakaran, karena akses jalan semakin luas dan penggunaan listrik lebih tertata dengan rapi dan legal.
“Makanya program kampung deret perlu banyak dikembangkan di pemukiman padat penduduk lainnya, karena di kampung deret juga disediakan hidran kering. Dan warganya sudah diberikan edukasi untuk penggunaan listrik yang aman,” ujarnya.
Satgas Damkar
Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga membentuk satuan petugas pemadam kebakaran (satgas Damkar), seperti yang dilakukan warga Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Kawasan ini begitu terkenal dengan peristiwa kebakaran. Sampai-sampai warga menyebut peristiwa kebakaran bak sebuah arisan. Kebakaran bisa terjadi secara bergantian setiap minggunya di 12 kelurahan yang ada di kecamatan ini.
Baca juga : Bahaya Keselamatan & Kesehatan Obat Nyamuk Bakar
Namun, pada 2013 lalu warga patut bersyukur. Ini disebabkan jumlah kebakaran di kawasan ini jauh berkurang. Kemajuan itu bisa terjadi karena telah dibentuk Satgas damkar oleh pihak swasta dan bantuan laskar kebakaran (Balakar) oleh DPKPB DKI Jakarta. Keduanya saling bersinergi menjaga kampung dari bahaya bencana.
Satgas maupun Balakar merupakan warga binaan yang dilatih secara khusus untuk mencegah kebakaran. Selain dilatih melakukan pertolongan pertama terhadap bencana kebakaran, mereka diberi keterampilan untuk mencegah terjadinya kebakaran.
Mereka diberikan keterampilan bagaimana menggunakan alat elektronik yang aman dan tata cara menyambung aliran listrik yang baik. Mereka juga diwajibkan memberi penyuluhan dan mengecek ke rumah-rumah warga, apakah masih ada yang menyambung instalasi listrik secara asal.
Satgas damkar yang dibina pihak swasta saat ini sudah menjaring sekitar 1.200 warga yang berada di 11 RW rawan kebakaran di Tambora. Sementara itu, anggota balakar ada di tiap kelurahan.
Selain itu, Tambora membentuk tim penanggulangan bencana yang beranggotakan 51 pemuda, yang diambil dari tiap kelurahan. Tim ini juga dilengkapi berbagai peralatan untuk melakukan pertolongan terhadap bencana.
Dengan segenap keterampilan yang dimiliki warga Tambora, pada 2013 jumlah kebakaran jauh menurun. Sepanjang 2013, Tambora hanya mengalami 45 kebakaran. Dari jumlah itu, sebanyak 27 kasus kebakaran bisa ditangani warga sebelum petugas pemadam sampai ke lokasi. Pada 2012, di Tambora terjadi 56 kasus kebakaran, sebagian besar ditangani petugas pemadam. (Hasanuddin)